BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1 Spesifikasi
Bahan Baku dan Produk.
2.1.1. Spesifikasi Bahan Baku
- Etil alkohol
Wujud :
cair ( 300C, 1 atm )
Warna :
tak berwarna
Bau :
segar, khas alkohol
Kemurnian :
96 % berat
r (30 0C)
: 0,78506
gr/cc
- Asam asetat
Wujud :
cair ( 300C, 1 atm )
Warna :
tak berwarna
Bau :
tajam, khas asam asetat
Kemurnian,min : 99,8 % berat
r (30 0C) : 1,044 gr/cc
2.1.2. Spesifikasi Bahan Pembantu
- Katalis ( resin asam gel polystirine divinyl benzene )
Wujud : sperichal beads
Warna : kuning terang
Densitas : 0,8 g/cc
Temperature maks : 300 OC
Kedalaman bed : min 30 inch
Flow Rate : 2 – 4 gpm / Cuft
Back wash flow rate : 7 – 8 gpm / sqft (77OF)
Shipping weight : 800 kg / m3
Diameter partiker : 600 – 800
2.1.3. Spesifikasi Produk
- Etil asetat.
Wujud :
cair ( 300C, 1 atm )
Warna :
tak berwarna
Bau : aroma buah, khas ester
Kemurnian,min :
99,8% berat
r (20 0C)
: 0,908 gr/cc
Impuritas :
- Kadar
air,maks. : 0,1 % berat
- Kadar
etanol, maks. : 0,1 % berat
2.2. Konsep
Proses
2.2.1. Dasar
Reaksi
Proses
pembuatan etil asetat merupakan reaksi Esterifikasi dari asam asetat dan etanol
pada fase cair
|


|




OH
Pada reaksi esterifikasi terjadi pemutusan ikatan karbonil
oksigen dari asam karboksilat, dalam reaksi ini asam asetat. Proses pemutusan
ikatan tersebut dapat diketahui dari struktur electron reaktan dan produk.
Karena oksigen lebih elektronegatif dari carbon, maka carbon carbonil lebih positif
dari pada oksigen carbonil, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut :



OH
Oksigen
pada etanol yang mempunyai pasangan electron bebas akan menyerang pusat positif
karbon karbonil.
2.2.2. Pemakaian Katalis
Reaksi
terjadi pada fase cair – cair, tanpa reaksi samping dengan reaksi asam gel
polystyrene divinyl benzene. Tekanan optimum reaksi sebesar 1,5 atm dan suhu 99
– 100 OC. perbandingan reaktan asam acetat dan ethanol sebesar 1 :
2, dengan konversi 65%.
2.2.3. Mekanisme Reaksi
Reaksi pembentukan etil acetat
meliputi dua tahap proses, yaitu :
1)
Proses dengan katalis
a.
Adsorbsi
Adsorbs reaktan pada
permkaan katalis :

Pada tahap ini
terjadi adsorbsi reaktan pada resin
b.
Aktivasi
Pada tahap ini reaktan
yang teradsorbsi akan bersifat aktif dipermukaan katalis.

aktivasi asam acetat
teradsorbsi menjadi asam acetat teraktivasi.
Reaktan yang telah
teradsorbsi akan bersifat aktif dipermukaan katalis, sehingga suhu tinggi
digunakan dalam aktivasi ini.
c. Desorbsi

pada tahap ini terjadi reaksi desorbsi asam acetat menjadi asam acetat bebas.
2) Proses dengan reaktan etanol
Mekanisme reaksi proses esterifikasi
yang terjadi adalah :








OH +H+
Penambahan proton untuk menambah kereaktifan gugus karbonil.










Penyerangan gugus nukleofilik melalui alkohol untuk membentuk
formasi keadaan transisi.










Pergeseran proton
untuk membentuk H2O
1. Proton dari asam
mineral diikat oleh electron bebas ( tak berpasangan ) dari atom O dalam gugus
OH dari asam organic dan membentuk ion “ Oxonium”.
2. Ion hodronium
dari alcohol membentuk H2O dan gugus R+O dari alcohol
menggantikan gugus atau ion Oxonium.
3. Hasil reaksi b
melepaskan ion H+ akan menghasilkan ester.
(
Sumber : Fieser & Fieser “Organic Chemistry” )
2.2.4 Tinjauan
Thermodinamika
Reaksi
pembuatan Etil asetat ini berlangsung secara endotermis (reaksi yang
membutuhkan panas), hal ini dapat ditinjau dari DH reaksi (298 0K) di bawah ini :


DHR (298 0K) = å DHf produk
- å DHf reaktan
=
(- 463.250) + (-285.830) – {(-484.500) + (-277.690)}
=
13.110 J/mol
Reaksi yang
terjadi merupakan reaksi reversible dimana konversi 67% basis asam asetat
dengan perbandingan mol reaktan etanol dan asam asetat adalah
2 : 1
sehingga menghasilkan etil asetat dengan kemurnian 99,8% berat.
( Sumber : Mc Ketta and Cunnigham
WA, vol 19 )
Reaksi reversible dapat ditunjukkan dari harga konstanta
kesetimbangan berikut :
ln K = DG / (-RT)
DG0R
(2980K) = (-310.280) +
(-237.130) – {(-389.900) + (-174.780)}
=
17.270 J/mol
sehingga didapat harga K298 = 9,39 . 10-4
Jadi dari segi thermodinamika, reaksi ini merupakan reaksi endothermis
dan reversible, ini berarti kenaikan suhu akan menaikkan harga K sesuai
persamaan Van’t Hoff :


sehingga didapat harga K373 = 2,721 . 10-3
berdasarkan persamaan diatas, konversi kesetimbangan
akan semakin besar bila suhu diperbesar.
2.2.5. Tinjauan Kinetika
Secara umum
untuk mengutahui pengaruh suhu dapat ditentukan dengan persamaan Arhenius :
k = A.e –Ea/RT
Dari persamaan tersebut terlehat bahwa untuk
memperbesar harga k dapat dilakukan dengan menaikkan suhu.
Harga konstanta
kecepatan reaksi esterifikasi etil asetat dari etanol dan asam asetat pada suhu
100˚ C pada fase cair adalah
k1 = 4,76 . 10-4 liter/(g.mol).(min)
k2 = 1,63 . 10-4 liter/(g.mol).(min)
(Sumber
: J.M. Smith, 1956)
Dari harga k1 dan k2 di atas, diperoleh
nilai konstanta keseimbangan reaksi sebesar:
K = 

Bila ditinjau secara kinetika, semakin tinggi suhu maka
konstanta kecepatan reaksi (k) akan semakin besar, namun suhu dan tekanan yang
digunakan dibatasi oleh fase reaksi ( cair ) yaitu dibawah titik didih reaktan
dan produk dan tekanan tertentu diman campuran reaktan masih dalam kondisi cair
pada suhu tersebut sehingga biaya operasional yang dikeluarkan tidak terlalu
besar.
2.2.6. Kondisi Operasi
Untuk mendapatkan konversi yang
optimal, maka perlu dilakukan pengaturan kondisi operasi sebagai berikut :
a.
Pengaturan suhu
Reaksi akan
berlangsung lebih cepat atau harga k makin besar oleh adanya kenaikkan suhu,
namun kenaikkan suhu dibatasi oleh fase reaksi dimana dijaga agar reaksi tetap
dalam fase cair yaitu dibawah titik didih reaktan.
b.
Menggunakan salah satu reaktan berlebih dan pengambilan salah
satu produk reaksi, sehingga reaksi bergeser ke kanan.
Etanol dibuat berlebih agar
semakin besar etanol yang bereaksi dengan asam asetat sehingga konversi
meningkat, dimana asam asetat bertindak sebagai pereaksi pembatas.. Semakin
banyak jumlah reaktan yang digunakan maka konversi juga akan semakin besar. Karena etil asetat merupakan produk yang diinginkan, sehingga air yang
terbentuk diambil supaya konversi meningkat.
c.
Pengaturan tekanan
Reaksi berlangsung dalam fase cair pada suhu tinggi yaitu 100˚C.
Oleh karena itu pada prarancangan ini dipilih tekanan 1,2 atm, karena pada
tekanan tersebut reaktan masih dalam kondisi cair.
2.3 Diagram Alir Proses
Diagram
Alir proses tercantum dalam gambar 2.1.
2.3.1
Langkah
Proses
Secara keseluruhan proses pembuatan
etil asetat ini dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu:
1.
Tahap penyimpanan bahan baku
2.
Tahap Penyiapan bahan baku
3.
Tahap Reaksi
4.
Tahap pemurnian produk
5.
Tahap penyimpanan produk
Uraian proses secara
lengkap adalah sebagai berikut :
1. Tahap
penyimpanan bahan baku
Bahan baku
asam asetat dan etanol masing – masing disimpan dalam tangki penyimpanan tipe
flatt bottom conical roof tank pada
kondisi suhu 30 0C dan tekanan 1 atm.
2. Tahap
Penyiapan bahan baku
- Asam asetat
Asam asetat dengan kemurnian 99,8 % disimpan pada fase cair
dalam tangki penyimpanan (T-01) pada kondisi tekanan 1 atm dan suhu 30 0C.
Asam asetat dari tangki penyimpanan (T-01), dialirkan secara kontinyu (P01) menuju reaktor (R).
b. Etanol
Etanol dengan kemurnian 96 % disimpan pada
fase cair dalam tangki penyimpanan (T-02)
pada kondisi tekanan 1 atm dan suhu 30 0C. Etanol dari tangki penyimpanan (T-02), dialirkan
secara kontinyu menggunakan pompa (P-02) reaktor
(R).
3. Tahap
Reaksi
Campuran bahan baku yang telah mencapai kondisi yang
diharapkan kemudian dialirkan ke reaktor dengan perbandingan etanol dan asam asetat 2 : 1. Reaktor yang digunakan adalah Reaktor
adalah reaktor fixed bed multitube
dengan katalisator resin asam polystyrene divinyl benzene dan ceramics balls sebagai supporting media.
Reaksi berlangsung pada temperature 99 – 100OC dan tekanan 1,5 atm. Produk
reaktor adalah etil asetat, sisa reaktan etanol dan asam asetat, serta produk
samping air. Produk reaktor kemudian diumpankan ke unit pemurnian.

Komponen produk reaktor berupa etil
acetat, air , asam acetat dan ethanol
4. Tahap Pemurnian
Produk keluar reactor dialirkan
kekolom destilasi pertama (D1). Produk atas kolom destilasi (D1) didinginkan
dan diembunkan di kondensor dengan media air sebagai pendingin. Dari kondensor
destilat dialirkan ke kolom destilasi (D2). Hasil bawah kolom destilasi (D1)
dialirkan ke reaktor. Destilat dari (D2) didinginkan dengan kondensor dan
dialirkan ke mixer (MX) sedangkan hasil bawah kolom destilasi (D2) dialirkan ke
kolm destilasi (D4). Di mixer (MX) akan
dilakukan penambahan fresh water, yang bertujuan untuk melarutkan etanol dalam
air. Untuk memisahkan etil acetat dari etanol dan air. Cairan mixer dialirkan
ke decanter (DC) sehingga membentuk dua lapisan. Lapisan atas yang terdiri dari
sebagian besar etil acetat serta sedikit etanol dan air, selanjutnya dialirkan
kekolom destilasi (D3), sedangkan lapisan bawah dialirkan ke kolom destilasi
(D4). Di kolom destilasi (D4) dimasukkan ke reaktor sedangkan hasil bawah di
alirkan ke UPLC. Hasil atas kolom destilasi (D3) yang berupa etil acetat dengan
kemurnian 99,8% dialirkan ke tangki penyimpanan produk (T3), sedangkan hasil
bawah kolom destilasi (D3) di alirkan ke mixer.
5. Tahap penyimpanan produk
Produk etil
asetat disimpan pada kondisi cair dingin (30 0C) dan tekanan 1 atm
dalam tangki flatt bottom conical roof
tank.
2.4. Neraca Massa dan Neraca Panas
2.4.1. Neraca Massa
Tabel 2.1. Neraca Massa di sekitar Reaktor
Komponen
|
Input Kg/jam
|
Output Kg/jam
|
|
Arus 1
|
Arus 2
|
Arus 3
|
|
Asam Acetat
|
858,8588
|
421,987
|
|
Ethanol
|
-
|
4053,061
|
1309,615
|
Etil Acetat
|
-
|
-
|
1367,82
|
Air
|
1,721
|
213,319
|
4176,217
|
Total
|
860,58
|
4266,38
|
7275,639
|
Tabel 2.2. Neraca disekitar Destilasi
Komponen
|
Input Kg/jam
|
Output Kg/jam
|
|
Arus 3
|
Arus 4
|
Arus 5
|
|
Asam Acetat
|
421,987
|
-
|
423,02
|
Ethanol
|
1309,615
|
1308,034
|
-
|
Etil Acetat
|
1367,82
|
1369,669
|
-
|
Air
|
4176,217
|
4170,643
|
4,272
|
Total
|
7275,639
|
6848,346
|
427,293
|
Tabel 2.3. Neraca Massa Di sekitar kolom Destilasi 2
Komponen
|
Input Kg/jam
|
Output Kg/jam
|
|
Arus 5
|
Arus 7
|
Arus 6
|
|
Asam Acetat
|
423,02
|
-
|
-
|
Ethanol
|
-
|
148,518
|
1159,168
|
Etil Acetat
|
-
|
1369,669
|
-
|
Air
|
4,272
|
132,016
|
4038,956
|
Total
|
427,293
|
1650,204
|
5198,142
|
Tabel 2.4. Neraca Massa Di mixer
Komponen
|
Input Kg/jam
|
Output Kg/jam
|
||
Arus 7
|
Arus 8
|
Arus 12
|
Arus 9
|
|
Asam Acetat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ethanol
|
148,518
|
-
|
25,813
|
174,290
|
Etil Acetat
|
1369,669
|
-
|
0,185
|
1367,975
|
Air
|
132,016
|
283,9
|
66,521
|
484,364
|
Total
|
1650,204
|
283,9
|
92,52
|
2026,629
|
Tabel 2.5. Neraca Massa disekitar Dexanter
Komponen
|
Input Kg/jam
|
Output Kg/jam
|
|
Arus 9
|
Arus 10
|
Arus 11
|
|
Asam Acetat
|
-
|
-
|
-
|
Ethanol
|
174,290
|
147,058
|
27,102
|
Etil Acetat
|
1367,975
|
40,961
|
1260,28
|
Air
|
484,364
|
483,478
|
67,757
|
Total
|
2026,629
|
671,498
|
1355,14
|
Tabel 2.6. Neraca Masasa disekitar Destilasi 3
Komponen
|
Input Kg/jam
|
Output Kg/jam
|
|
Arus 11
|
Arus 12
|
Arus 13
|
|
Asam Acetat
|
-
|
-
|
-
|
Ethanol
|
27,102
|
25,813
|
1,262
|
Etil Acetat
|
1260,28
|
0,185
|
1260,095
|
Air
|
67,757
|
66,521
|
1,262
|
Total
|
1355,14
|
92,52
|
1262,62
|
Tabel 2.7 Neraca Massa disekitar Destilasi
4
Komponen
|
Input Kg/jam
|
Output Kg/jam
|
||
Arus 10
|
Arus 6
|
Arus 14
|
Arus 15
|
|
Asam Acetat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ethanol
|
147,058
|
1159,168
|
1720,989
|
207,465
|
Etil Acetat
|
40,961
|
-
|
108,019
|
|
Air
|
483,478
|
4038,956
|
1,830
|
3941,846
|
Total
|
671,498
|
5198,142
|
1830,839
|
4149,312
|
2.4.2. Neraca Panas
Tabel
2.8 Neraca Panas Di sekitar reactor (Kj/jam)
komponen
|
Input
|
output
|
|||
QA
|
QB
|
Q SI
|
Q3
|
QS2
|
|
Etanol
|
-
|
1075063.196
|
549025,128
|
70851.43604
|
118329,48
|
Etil acetat
|
-
|
-
|
239513.7195
|
||
Asam acetat
|
216232.8198
|
-
|
2,09E+05
|
||
Air
|
1081.386782
|
107051.3256
|
1311296.708
|
||
Sub total
|
217.314,2066
|
1.182.114,521
|
1830000
|
||
jumlah
|
1948329,48
|
1948329,48
|
Tabel 2.8 Neraca Panas Disekitar
Destilasi (D-1) (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
|||
Q3
|
Q Reb
|
Q4
|
Q5
|
Qkond
|
|
Etanol
|
70851.43604
|
21.861.776,840
|
213,781.94
|
-
|
22,014,277.798
|
Etil asetat
|
239513.7195
|
187,338.35
|
-
|
||
Asam acetat
|
2,09E+05
|
-
|
98,015.98
|
||
Air
|
1311296.708
|
1,176,534.94
|
1,827.84
|
||
Sub Total
|
1,83E+06
|
1,577,655.23
|
99,843.82
|
||
Total
|
23691776,84
|
23691776,84
|
Tabel
2.9 Neraca Panas Disekitar Destilasi (D-2) (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
|||
Q4
|
Q Reb
|
Q7o
|
Q6
|
Qkond
|
|
Etanol
|
925.774,713
|
2,306,888.581
|
19231.81492
|
207714.9841
|
2,236,902.178
|
Etil asetat
|
321,895
|
148309.4774
|
-
|
||
Air
|
430.976,712
|
29786.13023
|
1243810.553
|
||
Asam asetat
|
217.621,239
|
-
|
-
|
||
Sub Total
|
1.574.694,559
|
197.327,4226
|
1.451.525,538
|
||
Total
|
3881583,14
|
3881583,14
|
Table
2.10 Neraca Panas disekitar Mixer (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
||
Q7
|
Q8
|
Q12
|
Q9
|
|
Etanol
|
19231.49698
|
-
|
4363.845358
|
9500.008232
|
Etil acetat
|
148307.0181
|
-
|
26.18253807
|
62239.57512
|
Asam acetat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Air
|
29785.65566
|
5961.464114
|
19380.81534
|
46995.35216
|
Sub total
|
197324.1708
|
5961.464114
|
23770.84324
|
118734.9355
|
jumlah
|
227.056.683
|
227.056.683
|
Tabel
2.11 Neraca Panas Disekitar Decanter (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
|
Q9
|
Q11
|
Q10
|
|
Etanol
|
18258.71254
|
3847.724737
|
56.849,128
|
Etil asetat
|
119766.9249
|
149657.012
|
|
Air
|
89031.04572
|
16702.34181
|
|
Sub Total
|
227.056,6831
|
170.207,0785
|
|
Total
|
227.056,6831
|
2.288.904,554
|
Table
2.11 Neraca Panas Disekitar Destilasi (D-3) (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
|||
Q11
|
Q Reb
|
Q13
|
Q12
|
Qkond
|
|
Etanol
|
3847.724737
|
834,136.6732
|
6126.46859
|
4669.813983
|
838,409.7809
|
Etil asetat
|
149657.012
|
9795.399067
|
28.02617168
|
||
Air
|
16702.34181
|
4165.777315
|
20672.38029
|
||
Sub Total
|
170.207.0785
|
140.563.7504
|
25370.22045
|
||
Total
|
1004343,752
|
1004343,752
|
Table
2.12 Neraca Panas Disekitar Cooler Produk (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
|
Q13i
|
Q13o
|
Q yang dibuang
|
|
Etanol
|
167.868962
|
14.70825442
|
1.282.383,293
|
Etil asetat
|
140103.6707
|
12239.23572
|
|
Air
|
292.2107641
|
26.51308144
|
|
Sub Total
|
140563.7504
|
12280.45706
|
|
Total
|
140563.7504
|
140563.7504
|
Tabel
2.13 Neraca Panas Disekitar Destilasi (D-4) (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
|||
QD
|
Q Reb
|
Q14o
|
Q15
|
Q kond
|
|
Etanol
|
314629,42
|
5.598.838,30
|
231779,9209
|
41.147,32
|
5.475.406,61
|
Etil asetat
|
15242,69989
|
12166,50963
|
-
|
||
Air
|
1168814,286
|
429,006935
|
1.336.595,34
|
||
Sub Total
|
1.498.686,406
|
244375,4375
|
1.377.742,66
|
||
Total
|
7.097.524,706
|
7.097.524,71
|
Table
2.14 Neraca Panas Disekitar Cooler UPLC (Kj/jam)
Komponen
|
Input
|
Output
|
|
Q15i
|
Q15o
|
Q yang dibuang
|
|
Etanol
|
40.048.235
|
2352.212
|
1.258.028
|
Air
|
1.300.893,761
|
80.561.786
|
|
Sub Total
|
134.0941,997
|
82.913.997
|
|
Total
|
1.340.941,997
|
1.340.941.997
|
2.6.1. Lay Out
Pabrik
Lay out pabrik adalah
letak dari bagian-bagian pabrik meliputi : tempat kerja karyawan, tempat
penyimpanan bahan baku maupun produk, sehingga masing-masing bagian dapat
berfungsi secara efektif. Tata letak pabrik dirancang sedemikian rupa dan harus
memperhatikan alat-alat produksi, sehingga penggunaan area pabrik, kelancaran
proses produksi, keamanan dan keselamatan karyawan dapat terjamin.
Selain peralatan yang tercantum
dalam flow sheet proses, beberapa
bangunan fisik seperi kantor, bengkel, poliklinik, laboratorium, kantin, pos
keamanan dan lainnya hendaknya ditempatkan pada bagian yang tidak mengganggu
dari segi lalu lintas barang, kontrol dan keamanan.
Adapun
secara umum hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan tata letak pabrik
adalah:
1.
Kemungkinan perluasan pabrik dan
penambahan bangunan
Area perluasan
pabrik harus direncanakan sejak awal agar masalah kebutuhan tempat tidak timbul
dimasa yang akan datang. Sejumlah area khusus perlu disiapkan untuk perluasan
pabrik, penambahan peralatan untuk menambah kapasitas pabrik ataupun untuk
mengolah produknya sendiri ke produk lain.
2. Keamanan
Keamanan terhadap kemungkinan adanya bahaya kebakaran,
ledakan, asap/gas beracun harus benar-benar diperhatikan dalam penentuan tata
letak pabrik. Untuk itu harus dilakukan penempatan alat-alat pengaman. Tangki
penyimpanan bahan baku ataupun produk berbahaya harus diletakkan di area khusus
serta perlu adanya jarak antara bangunan satu dengan yang lain, guna memberikan
ruang yang leluasa untuk keselamatan.
3.
Luas area yang tersedia
Pemakaian tempat disesuaikan dengan area
yang tersedia. Jika harga tanah tinggi, maka diperlukan effisiensi dalam
pemakaian ruangan hingga peralatan tertentu diletakkan diatas peralatan yang
lain ataupun lantai ruangan diatur sedemikian rupa agar menghemat tempat.
4.
Instalasi dan Utilitas
Pemasangan dan distribusi yang baik dari gas, udara, steam
dan listrik akan membantu kemudahan kerja dan perawatannya. Penempatan pesawat
proses sedemikian rupa sehingga petugas dapat dengan mudah mencapainya dan
dapat menjamin kelancaran operasi serta memudahkan perawatannya.
5.
Area pengolahan limbah
Pabrik harus memperhatikan aspek sosial dan ikut menjaga
kelestarian lingkungan, yaitu dengan memperhatikan masalah buangan limbah hasil
produksinya. Batas maksimal kandungan komponen berbahaya pada limbah
harus diperhatikan dengan baik. Untuk itu penambahan fasilitas pengolahan
limbah sangat diperlukan, sehingga buangan limbah tersebut tidak berbahaya bagi
komunitas yang ada di sekitarnya.
6. Jarak yang
tersedia dan jarak yang dibutuhkan
Alat-alat proses perlu diletakkan pada
jarak yang teratur dan nyaman sesuai dengan karakteristik alat dan bahan,
sehingga kemungkinan bahaya kecelakaan dapat dihindarkan. Sebagian besar aliran
bahan cair dan gas di plant menggunakan piping dan harus memperhatikan regulasi
yang tepat dalam desain. Letak alat proses diusahakan tidak terlalu dekat atau
terlalu jauh untuk mempermudah pengangkutan dan perbaikan.
Perincian penggunaan tanah (lahan) dapat dilihat pada
table 2.15
Tabel 2.15. Perincian Penggunaan Lahan
Bangunan
|
Ukuran
|
Luas (m2)
|
Pos keamanan
|
4x 4
|
16
|
Gedung serbaguna
|
30 x 10
|
300
|
Kantin & smoking area
|
10 x 10
|
100
|
Bengkel & Gudang alat
|
30 x 10
|
300
|
Pemadam kebakaran
|
30 x 10
|
300
|
Poliklinik
|
5 x 10
|
50
|
Area utilitas
|
60 x 20
|
1.200
|
Area proses
|
40 x 50
|
2.000
|
Ruang kontrol
|
20 x 5
|
100
|
Laboratorium
|
20 x 5
|
100
|
Perpustakaan
|
25 x 5
|
125
|
Kantor
|
50 x 20
|
1.000
|
Unit pengolahan limbah
|
40 x 10
|
400
|
Masjid
|
10 x 20
|
200
|
Perumahan
|
60 x 50
|
3.000
|
Total
|
-
|
9191
|
Tata Letak
Pabrik

Gambar 2.1 Tata Letak
Pabrik
Dalam
perancangan lay out peralatan proses, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
1. Aliran bahan
baku dan produk
Aliran bahan baku dan produk yang
tepat akan memberikan keuntungan nilai ekonomi yang tinggi, semakin dekat
penempatan bahan baku dan produk dengan jalur transportasi, semakin efisien
dana yang dikeluarkan.
2. Aliran udara
Aliran udara di dalam dan
disekitar area proses diperhatikan supaya lancar. Hal ini bertujuan untuk
menghindari stagnasi udara pada suatu tempat yang dapat menyebabkan akumulasi
bahan kimia berbahaya sehingga dapat mengancam keselamatan kerja. Disamping itu
perlu diperhatikan arah hembus angin.
3. Cahaya
Penerangan seluruh pabrik harus
memadai pada tempat-tempat proses yang berbahaya atau beresiko.
4. Tata letak alat
proses
Penempatan alat-alat proses yang
tepat akan mempercepat jalannya proses sehingga menjamin kelancaran proses
produksi.
5. Kelancaran lalu
lintas
Kelancaran lalu lintas barang dan
manusia juga berpengaruh terhadap jalannya
proses produksi.
6. Tata letak area
proses
Penempatan alat-alat proses pada
pabrik diusahakan agar dapat menekan biaya operasi dan menjamin keamanan
produksi pabrik sehingga dapat menguntungkan dari segi ekonomi
7. Jarak antar alat
proses
Alat produksi yang mudah meledak
atau terbakar letaknya dijauhkan dari peralatan yang lain, sehingga apabila
terjadi ledakan atau kebakaran tidak membahayakan peralatan lain.
Lay out peralatan proses dapat dilihat pada Gambar
2.2
![]() |
Gambar 2.2 Tata Letak Peralatan Proses
Keterangan gambar:
ACc
: AkumulatORS
IM-02 : In line
Mixer Etanol
CD : Kondensor
CL :
Cooler
DC : Dekanter
D : Kolom
distilasi
P : Pompa
R : Reaktor
RB : Reboiler
T-01 : Tangki
Asam asetat
T-02 : Tangki
Etanol
T-03 : Tangki Produk
T-04 : Tangki fresh water
Tata letak alat-alat proses harus
dirancang sedemikian rupa sehingga:
·
Kelancaran proses produksi dapat terjamin
·
Dapat mengefektifkan penggunaan luas lantai
·
Biaya material handling menjadi rendah dan
menyebabkan turunnya pengeluaran untuk kapital yang tidak penting.
Jika tata letak peralatan proses
sedemikian rupa sehingga urut-urutan proses produksi lancar, maka perusahaan
tidak perlu untuk membeli alat angkutan yang biayanya mahal.
·
Karyawan mendapat kepuasan kerja
Jika karyawan mendapat kepuasan kerja,
maka akan membawa dampak meningkatnya
semangat kerja yang akhirnya meningkatkan produktifitas kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar