Kadang
aku berfikir hidup itu hanya di jalani bagaikan air yang mengalir, tapi kadang
aku juga berfikir hidup itu seperti cerita pewayangan (di tanah jawa). Karena air
sudah ada jalannya masing – masing, ada
aliran air melewati parit, ada air mengalir melewati sungai, ada air sebelum
mengalir terserap kedalam tanah dan hilang. Dan juga cerita pewayangan sesakti
apapun sang Gatut kaca, sekuat apapun sang Bima setampan apapun sang Arjuna itu
hanya ketika dipegang sang dalang, ketika sang dalang sudah mengakhiri cerita
maka sesakti apapun, sekuat apapun dan setampan apapun sang wayang tadi juga akan
berakhir dan semua wayang akan tersimpan dalam peti.
Begitu
juga dengan kehidupan, ketika di jalani bagaikan air yang mengalir kita
menuruti jalan kehidupan bagaikan sungai, ketika takdir sudah menakdirkan kita
untuk menjadi sesuatu maka tidak dapat kita pungkiri smua pasti akan terjadi,
dengan begitu kita tidak dapat melawan takdir, tidak mungkin air sungai
mengalir ke atas, dan ketika satu cangkir air disiramkan ke tanah maka tidak
akan menjadi aliran air, dan itu semua adalah takdir. Dan hidup bagaikan
wayang, ketikaTuhan menciptakan umatnya dalam kondisi apapun (kaya, miskin,
tampan, jelek, pandai, bodoh, dll) adalah hak sang pencipta, manusia tinggal
menjalani sesuai kehendak sang pencipta, ketika sang pencipta menyudahi cerita
tentang kehidupan maka tak satu orang pun mampu melawan nya, dan kondisi apapun
yang ada di dunia tadi juga akan selesai.
Maka
dari itu pergunakanlah hidup sebaik – baiknya, hiduplah sesuai tuntunan sang
pencipta dan jangan pernah bangga atau minder dengan kondisi apapun di dunia,
karena semua itu sifatnya hanya sementara,
04/10/13
22:09